Serasa ada yang ingin membuat kepalaku meledak, entah apa, mungkin saya perlu mengeluarkannya dengan sebutir peluru agar kepalaku berlubang dan sesuatu itu mengalir tak menyisakan segala yang memberatkan kepalaku, tapi seberapa berani saya melakukannya? Atau saya perlu orang lain yang melakukannya? Pak polisi misalnya, atau pak penjahat bersenpi? Atau malah keduanya sama saja? Entahlah, barangkali hanya baju yang membedakannya atau memang keduanya benar-benar beda, saya tak peduli kedua-duanya.
Barangkali saja setelah kepalaku berlubang dari kiri ke kanan atau sebaliknya dan mirip terowongan saya bisa melihat sesuatu yang bergerak, berputar dan berlari dalam kepalaku dan setelah itu mengambilnya, menyimpannya dan menguncinya rapat-rapat dalam kotak, atau menghanyutkannya ke sungai kemudian lupa tentang segalanya.
Sepertinya terdengar gila atau jangan-jangan saya sudah benar-benar gila, tapi saya harus percaya ini sesuatu yang biasa dialami banyak orang dan saya memerlukan alat, sarana atau perkakas untuk "mengambil" sesuatu di dalam kepala saya tersebut meski tak harus berupa peluru dan kemudian benar-benar menghanyutkannya isi kepala tersebut ke sungai.
Ini hanya soal memilih dan menentukan, sesuatu yang biasa saya gunakan untuk mengeluarkan isi kepala yang membuncah itu biasanya sebuah pensil dan kertas. Dan ketika saya akan mengeluarkan sesuatu yang buruk dari dalam tempurung kepala dan akan meledak saya menggunakan kertas bekas, atau sesuatu yang memang sudah tak digunakan seperti buku petunjuk menggunakan ponsel, kalender dengan sistem sehari sobek, kadang juga buku catatan kecil buram cinderamata hasil kondangan. Tak harus kertas polos atau bergaris, toh sesuatu itu hanya berupa unek-unek yang lazim mendatangi siapa saja, dan itu benar-benar sampahnya otak tak harus ditempatkan di buku catatan paling istimewa bernama hati.
Beberapa orang benar-benar memiliki ide praktis dan berani ketika mengalami hal serupa atau malah lebih berat dari saya, seperti melompat dari gedung tinggi atau menenggak pil tidur dalam dosis besar atau yang paling keren menurutku dengan menembak kepala sendiri seperti di awal catatan ini. Dan untunglah saya tak memiliki senjata seperti itu dan tak memiliki nyali untuk melakukan hal-hal seperti itu. Sebagian yang lain menyelesaikannya dengan mendekatkan diri dengan sang pencipta. Bukankah hidup soal memilih? Dan saya memilih membesarkan nyali untuk tetap menulis catatan buruk tentang pikiran dan kepribadian buruk saya di sini.
------------------------------------------------------------
Rawa Buaya, Jakarta.
--Djenar Abunetti--
djenarabunetti@yahoo.com
Sent from Nokia Windows Phone


0 comments:
Posting Komentar