Habis-Habisan
Kopi habis, gas habis, teko listrik rusak, kayu bakar kehujanan semua, gajian dimundurkan. Pagi penghabisan tahun ini ditutup dengan cerita yang habis-habisan konyolnya, hanya secangkir kopi yang ingin dinikmati tapi semua habis, dunia ikut habis? Tidak! Kita seringkali direpotkan angan-angan sendiri yang belum tentu jelas kebenaranya, seolah akan kiamat jika tak melakukanya. Saya tahu tak minum kopi sehari tak menyebabkan saya mati, saya juga tahu tak meniup terompet di malam tahun baru tak menyebabkan saya mati, saya tahu tak menyalakan petasan di malam tahun baru tak menyebabkan saya mati, dan saya tak perlu panik atas habisnya kopi, habisnya gas di dapur, basahnya kayu bakar menjadikanya tak bisa dinyalakan dan tak perlu panik gajian dimundurkan, saya pergi ke warung dan pesan secangkir kopi semua selesai, saya lupa yang habis-habis di mess tadi, dan tak perlu meributkan mengapa bisa habis. Saya justru mendapat lebih saat ngopi di warung, sesuatu yang tak didapat saat ngopi di mess. Semua tak menyebabkan apapun dan angan-anganlah yang membuatnya seolah begini dan begitu.
Saya pun dulu begitu, mudah panik di malam tahun baru panik tak punya uang, panik takut terlewat atau tetidur, panik tak dapat petasan, panik tak dapat ayam untuk dibakar, panik tak dapat cimeng atau gele, panik tak kebagian anggur merah, panik tak dibilang gaul, panik tak dibilang keren, lantas saya lakukan semuanya demi mengatasi kepanikan-kepanikan saya sendiri, waktu terus bergerak dan detik pergantian tahun segera tiba, tak ada efek apapun dari yang saya lakukan pada detik itu, detik tak serta merta jadi berhenti dan menatap kita dan tersenyum kagum, tak ada apapun yang terjadi meski hanya sekedar ucapan terima kasih telah menyambutku dengan tampil habis-habisan. Dan lima menit kemudian hal itu diingat kembali menjadi tampak konyol, lucu dan wagu(?).
---------------------------------
Kadipaten
--Djenar Abunetti--
sitidjenar@gmail.com
Sent from my Nokia
