Sahur Keempat

Puasa tak sekedar menahan lapar di perut tapi juga menahan lapar di angan-angan, lapar di pikiran, lapar pengakuan bahwa 'aku lebih segalanya dari kamu, kalian dan mereka' puasa juga tak sekedar menahan haus di kerongkongan namun juga menahan haus di jiwa kita; haus akan kekuasaan dan haus kehormatan (gila hormat). Tanpa upaya menahan hal-hal tersebut dan hal-hal lainya disertai upaya mengalihkanya menjadi hal-hal yang positif puasa hanyalah sekedar menggeser jam sarapan dan jam makan malam, di mana harga-harga menjadi naik karena kita menjadi dua kali lebih konsumtif dari bulan lainya, foto dan status membahas makanan lebih sering muncul kendati siang hari, promo sirup, biskuit dan kue tiga kali lebih banyak ditayangkan, berita artis memakai kaftan lebih menarik perhatian dari kuliah subuh di mushola.

Ramadhan bulan latihan bulan pembelajaran, sebulan penuh kita dianjurkan belajar menjadi lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya karena puasa yang sesungguhnya ada di sebelas bulan yang akan datang, mampukah kita 'meramadhankan' sebelas bulan tersebut?. Begitu seterusnya sampai kita bertemu Ramadhan lagi, belajar lagi, lagi dan lagi sepanjang hayat dikandung badan sampai kita bertemu pemilik Ramadhan dan hanya kita sendiri yang akan tahu apakah kita termasuk hamba tuhan atau hamba setan (nafsu kita sendiri).



Munjul, Majalengka
--Djenar Abunetti--
Sent using a Sony Ericsson mobile phone