11/01/2014
20:38
Sekarang apa? Sekarang sudah hari sabtu, besok libur sekarang sudah saatnya menulis catatan harian lagi, belanja mingguan sudah, makan sudah, main game juga sudah, cuma baca buku aja yang belum. Lagi malas baca itu saja, tak butuh alasan banyak dan omong kosong ini itu. Omong kosong tak perlu banyak, omong kosong tak perlu dibukukan, didiskusikan apalagi dijual, simpan saja di hati masing-masing barangkali nanti kalau sudah bukan omong kosong lagi dan layak jual, layak makan atau layak pakai maka omong kosong baru dinilai penting.
Omong kosong memang mudah, asal masih punya mulut, bisa bicara banyak dan sedang tidak sariawan. Omong kosong sekarang lagi ngetrend. Atau malah aku yang tak menyadari aku juga suka banyak omong kosong? Ah ini juga omong kosong kok, tapi masa iya semua harus dinilai omong kosong? Kasihan yang betul-betul ngomong tak asal bunyi, artinya tak sekedar mangap, buka mulut lalu tidur lagi. Nah kalau itu yang terjadi namanya ngigau. Ngigau biasanya membawa peristiwa sehari-hari, umpamanya siang hari ketemu cewek lalu kenalan dan dalam tidur mimpi ketemu lalu memanggil namanya. Itu bahaya. Mengigau memang membahayakan rahasia perusahaan dan rahasia rumah tangga terlebih yang tinggal di rumah petak 3x4 meter, suara bisa kemana-mana sementara kita tak menyadarinya. Pernah mengigau? Kalau belum maka cobalah mengigau, dan bukukan kemudian dijual barangkali namamu akan jadi tenar dan berpengaruh di dunia per-igauan Indonesia atau dunia.
Balik lagi ke omong kosong yang mirip igauan dan sama berbahayanya, ngomong kosong dan mengigau sama-sama tak tahu apa yang diucapkan apa yang dikatakan, hanya kadang-kadang saja sebagian orang yang sedang mengigau tersebut bangun dan mendengar suara sendiri dan sadar "oh aku mengigau rupanya", tengak-tengok, minum air putih dan tidur lagi. Omong kosong juga begitu, hanya ada di alam sadar, tentu sadar dan kesadaran dua hal yang berbeda.
Banyak buku berisi omong kosong, banyak acara tivi juga berisi omong kosong, omong kosong sudah menjalar di mana-mana, omong kosong sudah jadi kebutuhan. Reporter tivi pagi buta bagi-bagi omong kosong yang tak perlu, mestinya sepagi itu bagi-bagi sarapan, bubur kacang hijau atau kopi sama ubi rebus ini malah disuguhi bualan yang bikin mual perut yang belum terisi. Tentu rugi buatku kalau pagi-pagi disuruh mendengar atau melihat acara omong kosong dengan menikmati kopi dengan membelinya sendiri dan listrik bayar sendiri. Anehnya jadi tradisi, dan mereka bilang ini loh modern, ini loh cara hidup masa kini, ini loh gaya hidup masa depan. Tapi yang jelas aku masa bodoh. Ah, jangan-jangan reporter itu sedang mengigau, sepertiku.
---------------------------------------------
Angke, Jakarta Barat.
--Djenar Abunetti--
djenar.abunetti@gmail.com
Sent from Nokia Windows Phone.
20:38
Sekarang apa? Sekarang sudah hari sabtu, besok libur sekarang sudah saatnya menulis catatan harian lagi, belanja mingguan sudah, makan sudah, main game juga sudah, cuma baca buku aja yang belum. Lagi malas baca itu saja, tak butuh alasan banyak dan omong kosong ini itu. Omong kosong tak perlu banyak, omong kosong tak perlu dibukukan, didiskusikan apalagi dijual, simpan saja di hati masing-masing barangkali nanti kalau sudah bukan omong kosong lagi dan layak jual, layak makan atau layak pakai maka omong kosong baru dinilai penting.
Omong kosong memang mudah, asal masih punya mulut, bisa bicara banyak dan sedang tidak sariawan. Omong kosong sekarang lagi ngetrend. Atau malah aku yang tak menyadari aku juga suka banyak omong kosong? Ah ini juga omong kosong kok, tapi masa iya semua harus dinilai omong kosong? Kasihan yang betul-betul ngomong tak asal bunyi, artinya tak sekedar mangap, buka mulut lalu tidur lagi. Nah kalau itu yang terjadi namanya ngigau. Ngigau biasanya membawa peristiwa sehari-hari, umpamanya siang hari ketemu cewek lalu kenalan dan dalam tidur mimpi ketemu lalu memanggil namanya. Itu bahaya. Mengigau memang membahayakan rahasia perusahaan dan rahasia rumah tangga terlebih yang tinggal di rumah petak 3x4 meter, suara bisa kemana-mana sementara kita tak menyadarinya. Pernah mengigau? Kalau belum maka cobalah mengigau, dan bukukan kemudian dijual barangkali namamu akan jadi tenar dan berpengaruh di dunia per-igauan Indonesia atau dunia.
Balik lagi ke omong kosong yang mirip igauan dan sama berbahayanya, ngomong kosong dan mengigau sama-sama tak tahu apa yang diucapkan apa yang dikatakan, hanya kadang-kadang saja sebagian orang yang sedang mengigau tersebut bangun dan mendengar suara sendiri dan sadar "oh aku mengigau rupanya", tengak-tengok, minum air putih dan tidur lagi. Omong kosong juga begitu, hanya ada di alam sadar, tentu sadar dan kesadaran dua hal yang berbeda.
Banyak buku berisi omong kosong, banyak acara tivi juga berisi omong kosong, omong kosong sudah menjalar di mana-mana, omong kosong sudah jadi kebutuhan. Reporter tivi pagi buta bagi-bagi omong kosong yang tak perlu, mestinya sepagi itu bagi-bagi sarapan, bubur kacang hijau atau kopi sama ubi rebus ini malah disuguhi bualan yang bikin mual perut yang belum terisi. Tentu rugi buatku kalau pagi-pagi disuruh mendengar atau melihat acara omong kosong dengan menikmati kopi dengan membelinya sendiri dan listrik bayar sendiri. Anehnya jadi tradisi, dan mereka bilang ini loh modern, ini loh cara hidup masa kini, ini loh gaya hidup masa depan. Tapi yang jelas aku masa bodoh. Ah, jangan-jangan reporter itu sedang mengigau, sepertiku.
---------------------------------------------
Angke, Jakarta Barat.
--Djenar Abunetti--
djenar.abunetti@gmail.com
Sent from Nokia Windows Phone.

0 comments:
Posting Komentar