Dingin


Heran, malam ini lebih dingin dari biasanya padahal kurang dari lima menit lagi jarum jam baru akan melintasi angka sembilan tapi kaus kaki, kupluk dan jaket sudah melekat erat di posisi masing-masing. Radio dangdut menyala pelan mengiringi kopi menuju dingin dan sebentar lagi batang-batang rokok kretek menjadi tumpukan puntung menemani halaman demi halaman buku filsafat yang kukunyah dengan alot lantaran makna bahasa yang begitu liat dan gigi pengetahuanku rapuh dan berlubang. Meski begitu aku tetap keras kepala, sudah tahu buku filsafat tak serenyah wafer tapi beli lagi-beli lagi baca lagi dan baca lagi, mirip makan sambel kepedesan tapi besoknya makan lagi meski kadang juga menyebabkan mencret.
----------------------------------
Cirebon, Talun


--Djenar Abunetti--
djenar.abunetti@gmail.com
Sent from my Nokia