Kolor PSSI


Tak ada yang istimewa dari foto 'membetulkan antena televisi' yang saya posting, ini hanyalah pemandangan biasa yang sering terjadi di masyarakat bawah, masyarakat yang tak mampu memasang layanan tivi berbayar. Mereka membetulkan antena atau menambah ketinggianya semata-mata hanya demi cinta, ya demi cinta pada sepak bola, pada timnas Indonesia. Dan begitulah cinta, ada banyak harapan yang disandarkan padanya meski seringkali hanya kecewa yang didapat, ya kecewa dengan PSSI mengapa ribut melulu tak jua mampu mewujudkan harapan atau mimpi indah tentang indahnyanya piala, manisnya juara, kecewa pada stasiun tivi yang selalu "mengacak" siaran-siaran sepak bola dan menggantinya dengan tayangan yang tak bermutu. 


Seharusnya olah raga itu menyatukan semua orang, terutama sepak bola. bukan seperti yang terjadi sekarang, tendang-tendangan antar kelompok kepengurusan semacam PSSI. Seperti halnya di lapangan hijau, semua lini itu penting, saling menunjang dan bermain sendiri-sendiri sudah pasti kalah, tak penting siapa yang mencetak gol yang terpenting kerjasama dan menang. Kepengurusan juga harusnya seperti itu. Kompak.

Sudah terlalu siang untuk jadi pahlawan, orang-orang sudah berlari jauh sejak shubuh tadi, PSSI masih sibuk nyari kolor di tumpukan bak cuci, sudah ketemu gak cocok sama warnanya, merknya, jenis kainya, belum ukuranya, udah dipakai eh kebalik yang harusnya di luar malah di dalam, dilepas lagi dipakai lagi eh kebalik lagi yang harusnya di depan malah di belakang, masih basah pula, pantesan masuk angin melulu dan muntah-muntah, udah siap lari eh kepleset sama muntahan sendiri, kolor dicuci lagi. Kapan larinya? Atau mau lari-lari pakai lingerie?

Yah seharusnya kita sudah punya tivi olah raga yang mudah diakses dan gratis tak perlu repot-repot membetulkan antena tv saat tim sepak bola, bulu tangkis dan lainya akan bertanding.
------------------------
Kadipaten


--Djenar Abunetti--
djenarabunetti@nokiamail.com
Sent from my Nokia