Buka Puasa Kelima

Setelah masak terong balado untuk berbuka puasa hari kelima (aku yang tak bisa masak kebagian muter-muter belanja sirup, es dan buah) aku dan teman-teman 'ngobrol ngalor ngidul' sampai adzan maghrib terdengar dari pengeras suara masjid terdekat kamipun bergegas berbuka sampai selesai. Sedang asik santai mendadak api berkobar di dapur membakar dinding yang terbuat dari tripleks, Bo'ing di buatnya sibuk menarik selang air yang tersambung ke meteran PAM dan menyiram kobaran api tersebut dan si jago merah takluk di ujung selang air. Sudah dua kali dapur ini kebakaran akibat lupa memadamkan api setelah usai memasak 'coba kalau kebakaranya tengah malam, mungkin baru sadar setelah merembet ke gudang' kataku.

Api, iri hati dan dengki memang mirip ia melahap apa saja yang mampu dilahapnya tak peduli itu apa, di mana, milik siapa. Sadar atau tidak sadar iri hati dan dengki memang penyakit berbahaya seperti halnya api dalam sekam yang tak tampak berkobar dari luar namun sama-sama menghanguskan, menghancurkan dari dalam dan kita baru menyadarinya setelah semuanya habis terbakar menyisakan abu penyesalan. Tanpa kewaspadaan, kelembutan dan kesejukan ikhlas kita hanyalah serupa tumpukan kayu atau jerami kering yang siap terbakar kapan saja di mana saja.



Munjul, Majalengka
--Djenar Abunetti--
Sent using a Sony Ericsson mobile phone