Telanjang

Tidak ada ide sama sekali pagi ini untuk berngawur-ngawur, melihat banyak berita dan foto-foto di henpon juga tak memancing ide untuk keluar dari kandangnya. Saya jadi bertanya-tanya adakah sesuatu di kepala saya? Jangan-jangan saya tak memiliki kepala.  Atau tak ada sama sekali yang namanya kepala, dan memang tak ada, selain "ide" ide tentang kepala. Bahkan hanya sekedar untuk membuat catatan ngawur kita butuh ide. Ya, sepertinya saya terlahir, hidup dan akan mati tanpa melahirkan apapun untuk manusia lain. Bahkan sekedar ocehan ngawur, ini sinyal bahaya. Kiamat makin dekat!.

Tak ngawur maka tak sayang, tak sayang maka tak sehat. Baiklah kita mulai kengawuran dengan pepatah tersebut, saya akan jadikan sebagai pijakan untuk mempertahankan dan memajukan kengawuran-kengawuran sebagai kekayaan intelektuak(L) (ngawur kok intelek, atau mabuk?  di mana ketemunya?) bangsa yang wajib dijaga, dan kalau perlu didaftarkan ke UNESCO. Ya,uneskone mbahmu, mbahku dan mbah- mbah ingkang mbahurekso. 

Sudah bermenit-menit, dan saya masih memikirkan sebaikanya ngawur jenis apa yang akan saya catat pagi ini, pagi yang berisik. Pagi yang saya benci saat ini karena berisik oleh dentuman musik tetangga, dan mungkin saat sudah tua pagi-pagi seperti ini akan saya rindukan. Begitulah waktu, saat masih kecil kita ingin cepet gede eh udah gede masih mikir kayak anak kecil. Ternyata gede gak cuma bentuk lahir yang bisa dilihat, diraba, diremes, diterawang tapi juga pada bentuk pikiran (pola pikir) yang akan mempengaruhi pola makan, pola e'e, pola mandi, pola tidur, pola mesbuk, pola nuiter, pola pedekate dan pola-pola yang lain. Terangkum dalam dua kata yang super ngawur, gaya hidup. Hidup kok banyakan gaya. Pecicilan.

Ngawur itu banyak jenisnya, dan yang paling bikin seneb itu ngawur religius, ngawur jenis ini pada tahap akhirnya yang semacam teroris dibilang pahlawan, syuhada dan masuk surga dengan telanjang disambut bidadari yang telanjang, kemana-mana telanjang. Enak ya? Gaklah! Seberapa lama sih orgasme itu? Apa sih yang kita sembah? Selain angan-angan kosong kita sendiri. 

Sedikit saran, daripada jadi teroris cuma pengen masuk surga ditemani banyak bidadari yang belum pasti keberadaannya itu mendingan ente kerja bro, bikin usaha, jadi pengusaha, kalau ente sudah punya uang triliunan belilah atau bikinlah apartemen, belilah pulau, dan segala apa yang ada dalam benakmu. Lalu bidadari akan dateng sendiri, paling tidak gak sulit ndatengin mereka, bisa dari kalangan artis, mahasiswa, anak SMA, SMP, (bukan bermaksud merendahkan) kumpulkan di apartmenmu, di pulaumu enak toh?. Sama-sama bulshitnya toh dengan konsepmu. Tapi  ini lebih banyak memiliki kemungkinan untuk tercapai, lebih dari sekedar yakin dan tidak yakin. Karena ngawur itu abadi.
----------------------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah

*foto hanyalah ilustrasi

Djenar Abunetti‎

Sent from my BlackBerry 10 smartphone

0 comments: