Surat

Sekarang musim surat terbuka, surat tanpa amplop mungkin ya, atau surat yang boleh dilihat dan dibaca siapa saja. Tidak tahu juga mengapa ada trend surat terbuka, konon surat yang terbuka dan ditidak berhijab tidak sesuai tuntunan, tidak syar'i bisa menuai dosa. Sekarang surat perempuan banyak dibicarakan, dari rambut, gigi, kuku, bahkan senyum pun dimasalahkan termasuk mengumbar surat atau bukan. Katanya surat yang terbuka bisa memicu perkosaan, tapi konon di luar sana di negerinya orang kafir yang rata-rata surat perempuannya terbuka, perkosaan justru rendah angkanya. Tapi ya walllahua'lam.

Buka-bukaan surat di tempat umum  memang sepertinya tidak boleh apalagi surat hutang,  surat tanah, surat mobil, surat rumah, surat deposito dlsb. Meski tidak melanggar hukum tapi ya khawatir kalau nanti dikira pamer, atau malah diambil orang, kan repot. Surat-surat seperti itu sebaiknya disimpan di tempat yang aman. Aman dari pemerkosa.

Perkosaan bisa dialami siapa saja, baik yang suratnya terbuka hanya menggunakan bikini misalnya,  sampai surat-surat yang tertutup rapat oleh hijab, jilbab, gamis sampai jeans dlsb. Karena perkosaan tak ditentukan surat siapa, dan surat yang mana. Karena libido tak mengenal amplop.

Eh, tapi sepertinya ada libido pemerkosa yang kenal amplop. Pemerkosa hak-hak azazi, pemerkosa keyakinan orang lain, pemerkosa kehidupan orang lain, selera orang lain dlsb. Pemerkosa yang berlandaskan tafsir semaunya terhadap surat-surat suci Alqur'an, Alkitab dan kitab-kitab suci lainnya. Akibat perkosaannya itu jagat persosmedan ramai lancar seperti tol Cipali usai lebaran. Dan lahirlah surat-surat yang timbul dari perkosaan semacam ini, surat terbuka. Surat yang timbul dari perkosaan, akibat sepasukan orang merasa pasokan  amplopnya berkurang. Karena ngawur itu abadi.
-------------------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah.

Djenar Abunetti‎

Sent from my BlackBerry 10 smartphone

0 comments: