Lebih Baik Lebih

Judul catatan di atas sepertinya pernah dengar, dari koran apa ya, atau tabloid apa gitu (kalau saya ingat saya cantumin, biar tak dikira njipak tanpa nyantumin sumber, ya karena suka saja memilih slogan ini jadi judul). Lupa, maklum faktor uban di kepala, bukan umur ya catat, uban. Ya bisa saja karena saya terlalu memikirkan uban yang makin banyak saya jadi tak sempat memikirkan hal lain yang lebih penting, nikah misalnya (hihi), tapi lupa umur. Umur-umur juga akhirnya. #ehem.

Semua memang akan beruban pada waktunya, tapi tak semua orang memilih nikah pada akhirnya. Namun banyak juga ada yang penuh uban nikah dengan gadis belia, jejaka belia. Tak masalah kok, nikah kan bukan urusan mau mencabuti uban pasangan. Kan ada yang lebih penting dari nyabuti uban, nyemir uban misalnya. Emang lebih penting gitu?.

Jaman sekarang orang sepertinya diuber-uber buat nikah, saking kenceng larinya dari uberan tersebut jadi sering nikah. Entah sering nikah karena cerai melulu atau lagi-lagi nikah biar nyunnah. Yang entah berantah memang sulit dibantah. Lebih baik lebih, lebih sering nikah lebih baik. Padahal nikah itu gak enak, yang enak itu masakan Padang, sate Madura, bakso Solo atau soto Lamongan. #efek belum sarapan.

Lebih baik lebih. Lebih banyak istri juga lebih baik, tapi apalah arti sebuah slogan kata Shakespeare. Dari slogan "dua anak cukup" programnya  pemerintah dan "dua istri belum cukup" slogannya sekelompok orang beragama bisa jadi sama-sama baik dan sejalan, dari istri pertama dua anak, istri kedua dua anak, ketiga dua anak, keempat ya dua anak. Selaras bukan? Oh, bukan ya?. Yang saya bingung gimana ngurus surat keterangan keluarganya di kelurahan, serius nanya barangkali saya ada arah kesana. Ngok!

Perkara yang lebih penting kan semua bisa keurus, jangan nikahnya getol, kawinnya rajin anak beleleran kemana-mana gak keurus, kan jadi beban keluarga, sodara dan juga bisa jadi beban negara. Masa negara yang nanggung setetes air hinamu. Terlalu!!. Kalau semua setuju dipoligami, semua siap untuk masa depan anak-anak, berkeluarga begitu ya boleh saja, itu hak azazi. Tak ada larangan, istilah kasarnya kan kelamin-kelamin elu, duit-duit elu. Tapi ya hati-hati, uban mungkin jadi lebih cepat tumbuh subur. Yah uban lagi. Karena ngawur itu abadi.
--------------------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah.

Djenar Abunetti‎

Sent from my BlackBerry 10 smartphone

0 comments: