Kampungan

Bagaimana bisa? Masa punya mobil dibilang orang kampung? Ini pasti ada yang salah, orang Jepang pasti salah! Masa bisa bikin mobil motor tapi gak dinaikin? Kan bodoh namanya, kayak orang Indonesia kebanyakan harusnya dong kemana-mana naik mobil, motor. Gaya itu penting bro, tetangga saya mau beli trasi aja yang jauhnya 10 meter pakai motor! Jelas dong itu ciri orang kota yang keren dan gaya. Payah nih orang Jepang.

Kadang saya bingung sama berita begini. Tidak kekinian, gak ngerti gaya hidup yang baik. Apa kita perlu kasih tahu orang Jepang enaknya naik motor dan mobil? Ngasih tahu enaknya bermacet-macet dengan riang gembira, ngasih tahu kalau kita bisa bahagia setiap pagi dan saling menyapa dengan adu kenceng suara klakson di jalan, adu jago tikung dan gunting jalan.

Jepang juga harus tahu, kita bisa menyediakan lapangan kerja dari adanya macet. Kita bisa mencetak ribuan pak Ogah dalam sehari, dan kita tinggal hitung saja berapa pak Ogah dan keluarganya  yang hidup dari adanya kemacetan. Jepang tak mampu melihat peluang ini, saat macet dan panas selain pak Ogah juga ada yang jualan, kita sangat dekat dengan semua kalangan. Dari pengamen, pengemis, penjual minuman, tissue, rokok dlsb.

Maka macet adalah harga mati, semua orang Indonesia harus beli kendaraan dari Jepang, Eropa dlsb agar di tempat mereka tak memiliki kendaraan, biarkan mereka membuat dan kita yang memakainya, kita adalah bangsa tuan, dan mereka adalah bangsa kuli yang membuat mobil. Biarkan mereka berjalan kaki, hingga dengkul mereka semakin lemah sementara kita bisa memanjakan dengkul-dengkul kita yang berharga, dengkul adalah simbol kecerdasan sebuah bangsa. Selamatkan dengkul kita. Jepang pasti berisi orang-orang ngawur yang tak peduli kesehatan, dan lingkungan. Sangat ngawur. Karena ngawur itu abadi.
-------------------------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah.

Djenar Abunetti

Sent from my BlackBerry 10 smartphone

0 comments: