Petasan

Apakah di tempatmu sudah ramai oleh suara petasan? Jika ya artinya sama dengan tempatku. Jika tidak pun kamu masih sama dengan tempatku sama-sama masih di Indonesia, kalau tidak ya sama-sama masih di bumi, belum di Neptunus. Karena petasan hanya ada di bumi, percayalah. Tapi tak percaya pun tak akan membuatmu masuk neraka, apalagi masuk surga. Percaya dan tidak percaya akan sesuatu bukan soal mau membawamu kemana kepercayaan tersebut, tapi lebih membuatmu akan bersikap bagaimana dengan kepercayaan yang dianut tersebut. Baiklah, lupakan saja soal itu karena sepertinya tidak sesuai dengan semangat ngawurisme. Atau malah sangat ngawuris?. Entahlah.

Dulu waktu saya masih kecil suka sekali main petasan, tak peduli kapan waktunya, waktu-waktu sholat tarawih, waktu sahur, waktu buka atau malah siang bolong yang panas, kadang juga tengah malam. Saya merasa hebat saat bisa membuat orang lain kaget setengah mati, sementara saya tertawa tanpa tahu apa yang saya tertawakan, hidup saat itu yang penting tertawa. Pokoknya ngawur banget, sengawur-ngawurnya.

Tapi sekarang saya merasa jengkel setiap kali ada suara petasan yang meledak. Kaget. Kalau dulu merasa enak sekarang merasa enek, begitulah waktu memberi pelajaran. Pelan namun pasti, apa yang orang-orang dulu kubuat kaget sekarang sebaliknya. Semacam dosa warisan, eh dosa simpanan ding. 

Pernah nyalain petasan? Kalau belum silakan coba nyalain kemudian dikekepin, dan nikmati. Siapa tahu dengan begitu ada yang berbahagia karenanya, karena membuat orang lain bahagia adalah salah satu cara meraih pahala, dan juga surga. 
--------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah

Djenar Abunetti​​‎

Sent from my BlackBerry 10 smartphone

0 comments: