Jerawat

Kepala agak pusing malam ini, mungkin akibat beberapa hari ini banyak tidur pagi. Bukan karena takbiran di mushola, masjid atau keliling. Saya bukan tipe religius. Malam lebaran memang tidur pagi, tapi sekedar nongkrong di rumah teman, ngopi-ngopi, bakar ayam dan cerita-cerita banyak hal. Maklum jarang ketemu.

Malam berikutnya nonton bareng sepakbola antara Portugal-Wales, berikutnya Jerman-Prancis. Saya kecewa dengan penampilan Wales apalagi Jerman, tapi ya sudahlah, sepakbola memang keras, dan sulit. Ok, lupakan. Tapi ada satu jejak yang belum hilang dari malam-malam tersebut di wajahku, jerawat!.

Tidak banyak jerawat, hanya satu tapi cukup membuatku tak nyaman. Ehem, sejak kapan sih saya peduli hal beginian. Sejak tadi sepertinya. Dan ini jerawat begadang, bukan jerawat cinta, puber, atau memasuki puber kedua? (emang ada gitu?, yakin?). Begadang beberapa malam saja sudah tumbuh jerawat bagaimana jika begadang setahun? Ah, gak sebegitunya juga. Jangan ngawur. Stop!.

Sebab-sebab jerawat memang macam-macam, sebagaimana obatnya. Tapi saya bukan mau ngiklan obat jerawat, mengonsumsi saja tidak. Jerawat itu soal biasa, sementara, tak abadi. Jerawat tumbuh karena ada niat dan kesempatan, maka waspadalah. Waspada terhadap jerawat sah-sah saja, lebih bagus waspada terhadap produk perawatan muka. Sudah sering kasus-kasus muka yang tertukar akibat salah obat, salah urus dan salah taruh.

Tapi mungkin akan sedikit terhibur dan lupa akan jerawat jika saja tadi malam Jerman menang atas Prancis. Eh, tapi belum tentu juga. Tapi ya sudahlah toh jerawat itu fana, ngawur itu abadi.
-----------------------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah

Djenar Abunetti​​

Sent from my BlackBerry 10 smartphone

0 comments: