Agama Sempurna

Nemu ginian, dan sangat setuju. Sempurna sekali ya akhi, misalnya  sholat isya gak boleh dimodif jadi 66 rakaat atau pun 29 rakaat meskipun saat itu kita sedang semangat-semangatnya nguber pahala dan paha bidadari. Demikin juga sholat-sholat wajib yang lain. Dan juga saat kita sedang malas nguber bidadari, atau kecapean, sholat apapun tidak boleh dimodif, dikurangi jumlah rakaatnya misal maghrib jadi setengah atau seperempat rakaat. 

Puasa di bulan suci Ramadan juga tidak boleh dimodif ya akhi, tetep dari imsak sampai maghrib sahurnya hanya sekali sebelum imsak. Tidak boleh ditambahi  sahur jam 8 pagi 12 siang atau jam 4 sore. Apalagi ngemil. Dan tidak boleh puasa sebulan penuh, artinya kita  harus tetep sahur dan buka pada waktunya.  Memangnya kita  kuat 30 hari 30 malam gak makan gak minum ya akhi? Jadi gak ada orang puasa sebulan penuh. Dan tidak boleh dimodif atau dikurangi menjadi empatbelas hari atau menjadi dua minggu agar cepat memakai baju baru, pamer pacar baru, istri kedua, ketiga dan seterusnya ya akhi. Karena lebaran bukan ajang pamer istri. Meski mungkin punya istri banyak itu syar'i sekali.

Agama kita sudah sangat sempurna. Satu kitab untuk semua, mencakup segala ilmu. Pokoknya semua ilmu, dan terangkum dalam satu kata, pokoknya!  Kiita bisa belajar membangun jembatan‎, gedung pencakar langit dan  menara masjid cukup dengan surat al-ikhlas. Cukup diikhlaskan saja kalau rubuh, ambruk dan menimpa kepala kita sendiri. Tak perlu ada hitung-hitungan soal bangunan, tak perlu mempelajari kontur tanah, semua cukup lillahitaala ya akhi, dan tentu saja ikhlas karena ikhlas adalah ilmu tertinggi. Demikian juga dengan hal-hal lain yang bersinggungan dengab hajat hidup orang banyak. Pokoknya satu kitab untuk semua, dari dunia sampai akhirat ya akhi, kita tak perlu pancasila, UUD, KUHP dan yang semacamnya yang produk sekuler hikumnya haram, pokoknya haram, kalau ternyata gak haram ya diharamkanlah. Semua harus ikut, dengan ikhlas. Titit.
--------------------------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah.

Djenar Abunetti


Sent from my BlackBerry 10 smartphone

0 comments: