Ini cuma soal kadang-kadang, iya hanya kadang-kadang, tak lebih dan tak kurang tapi boleh juga kurang dan boleh juga lebih. Suka-suka saja, namanya juga saya lagi "kadang-kadang".
Manusia kadang salah, kadang juga benar tapi umumnya lebih banyak salah atau dianggap salah, bahkan disalahkan karena tidak sesuai dengan kekitaan (ego kita, kelompok kita, golongan kita, kepentingan kita dll).
Tapi jika kadang salah artinya banyak benarnya dan jika kadang benar artinya banyak salahnya. Ah kadang-kadang saya seperti orang bener meski kenyataanya saya sedang tidak sadar ada di mana, anggap saja saya sedang mabuk, mabuk atas keakuan. Gitu aja biar gampang.
Lalu kenapa harus ada salah dan ada benar? Kalau keduanya tak ada apa langit jadi tak biru? Atau jadi tidak hujan saat musim hujan? Rasanya ya kok bosan saja jika setiap baca setatus selalu ada ukuran benar salah. Jangan-jangan kita yang generasi 80' 90' kecanduan pilihan benar salah (B-S) di ujian sekolah-sekolah, kemudian kita hanya disuguhi pilihan ganda a, b, c, dan d?. (anak sekarang masih begitu ya?). Lalu hidup jadi sedemikian kaku? Dan lupa bahwa ada kemungkinan X atau Y bahkan Z.
Tapi bayangkan saja kalau ujian disuguhi pilihan benar salah (B-S), agak benar (A-B), dan agak salah (A-S), lalu pilihan ganda dari A sampai Z lalu balik lagi ke AA sampai ZZ dan seterusnya. Selain bikin pusing yang ujian juga pastinya bikin puyeng yang bikin soal.
Nah sepertinya pembuat soal yang dulu jaman saya sekolah tahu bahwa hidup jangan dibuat puyeng, disederhanakan saja.
Tapi meski ada benar dan salah, sesuatu atau seseorang tak bisa disalahkan begitu saja apalagi menyalahkan benda mati sejelek apa pun benda itu, apa karena kamu keiris jarinya saat motong bawang atau kena air panas kamu mau menyalahkan benda-benda mati tersebut?. Apakah saya tampak sehat?
Kadang-kadang saya seperti orang waras, maka sering menyalahkan diri sendiri.
--------------------------------
Galuhtimur, Jawa Tengah.
--Djenar Abunetti--
Sent from my BlackBerry 10 smartphone


0 comments:
Posting Komentar