Seharian tiduran melulu, ceritanya libur karena material tidak siap. Sudah dua minggu saya kerja di Kebayoran Lama dekat pasar, membikin showroom mobil mewah, mobil buatan Eropa. Yah mau membangun apa saja tidak ada pengaruhnya buat saya baik itu sekolahan showroom atau pun wc umum. Ternyata sulit, dan saya tahu karena sudah lama sekali tidak berusaha lagi untuk menulis, terutama yang sedikit nyastra (sok-sokan nyastra). Rasanya kangen masa dulu, masa saya bisa sedikit membual tentang puisi, sajak dan semacamnya. Tapi sekarang tidak bisa? Aneh ada ilmu kok bisa hilang, iya ilmu sepertinya bisa hilang kalau tak diasah, atau diamalkan, dipraktekkan. Berkarat dan kembali tak ada, seperti logam terkena asam, tapi ilmu memang bukan logam yang bisa mengalami keausan meski ada istilah "makin tajam".
Saya sedang melatih kembali, mencoba bangkit kembali, agar tahun ini saya bisa mengisi beberapa tulisan lagi di blog yang hampir tak tersentuh lagi. Entahlah, saya seperti kebingunan sendiri kalau harus mencari tema tulisan, seperti biasanya kepalaku hanya berisi sampah yang tak berguna, mampat sama sekali. Barangkali dengan menarik nafas panjang otak saya sedikit segar karena pasokan oksigen sedikit naik hmmm ngarang sekali, napas panjang tanda menahan beban di kepala, oh di pikiran maksudku. Iya aku mulai sedikit atau malah sering lupa, rupanya saya sudah semakin tua, semakin menjadi mudah lupa tentang hal-hal besar apalagi hal-hal sepele, remeh temeh, ah saya menjadi mudah memaki, mengeluh, menghujat. Mungkin karena terlalu sering membaca hujatan makian dan semacamnya di sosial media, media yang tanpa saringan sama sekali, media yang bebas tapi juga malah jadi polusi otak.
Sebagai catatan saya harus bangun pagi, membangun kalimat seratus kata setiap pagi, seratus kata di jam makan siang, seratus kata pada petang hari, dan seratus lagi di saat menjelang tidur. Tapi apa bisa? Rasanya sulit sekali menerapkan disiplin pada diri sendiri, gangguan sering jadi alasan, belum lagi godaan main game. Ah dulu aku bisa mengatasi hal-hal semacam ini tapi sekarang semangatku hilang. Seperti ditiup angin, angin malam yang dingin, sedingin hati yang mati, mati yang membuat semua orang takut, takut masuk neraka, neraka yang berkobar, berkobar seperti semangatnya angkatan perang kemerdekaan, kemerdekaan yang hilang, hilang makna, makna yang dipaksaan, dipaksa memaknai kata, kata yang tak pernah ada.
Aku merasa nyaman kali ini, meski tak benar-benar nyaman, artinya ada sedikit beban yang teratasi, seperti orang yang mampu membayar hutang-hutang berikut bunga-bunganya. Sedikit kantuk mulai terasa, menyapa kelopak mataku dengan santun, dan juga lembut.
Dan dalam pejamku teringat buku-buku yang kumiliki semakin banyak dan tak terhitung lagi, dan aku semakin sedikit sekali menulis, seolah tak ada waktu lagi. Oh, aku seperti kehilangan semangat menulis atau lebih tepatnya mengaktualisasi-kan, mengekspresikan atau mungkin juga narsis. Aku seperti terasing, sangat terasing. Dan buku-buku tentu tak bisa berbuat apa-apa, tak bisa lagi membantuku menemukan apa yang aku inginkan, atau memang keinginan sudah tak perlu lagi dipedulikan? Hidupku seperti mayat, hanya makan tidur dan kerja, tapi apa mayat bekerja? Ah, akan jadi seperti apakah aku ini nanti? Saat tua nanti? Apakah akan lebih menjengkelkan dari sekarang? Entahlah,aku butuh sesuatu untuk membuat hidupku agar lebih berwarna. Ah..aku ingin mengeluh sekenyangnya hari ini, mumpung libur, mumpung masih bisa mengeluh, mengeluh tentu tak selamanya salah meski jelas tak benar. Tapi jika tak salah apa lantas jadi benar? Apakah ada setengah salah dan setengah benar? Lalu mengapa orang-orang seperti malu mengeluh? Kalau mengeluh itu salah mengapa harus ada dorongan untuk mengeluh? Seratus limapuluh kata baru saja tercipta, dan ini belum apa-apa untuk mengeluh, aku ingin lebih banyak lagi. Pikiranku sedang kacau balau, kadang aku ingin jadi seperti orang pintar tetapi itu pasti buruk buatku sebab akan menghilangkan diriku yang sebenarnya, aku ingin menjadi diriku yang dulu. Yang tak pernah keracunan tivi, internet, buku dan segala yang baru, tapi apa bisa? Aku ingin menjadi asing dari dunia semacam itu. Oh tuhan, sedang apakah kau? Benarkah aku akan kau beri sesuatu yang lebih dari yang kuharapkan? Ah. Benarkah kau ada? Atau tidak ada?. Aku keledai yang kelelahan membawa buku dan tertidur.
----------------------------------
Kebayoran Lama, Jakarta.
--Djenar Abunetti--
djenar.andromeda@gmail.com
Sent from my BlackBerry 10


0 comments:
Posting Komentar