*catatan telat posting
Entah mengapa saya suka dengan kata "barangkali", sebab sepertinya dalam "barangkali" tersimpan misteri, sesuatu yang tidak pasti, bisa jadi, kemungkinan juga keragu-raguan, pesimis, skeptis, menyiratkan harapan yang timbul tenggelam. Bisa jadi saya merasa cocok dengannya (si Barangkali) karena saya orang yang penuh keragu-raguan, nah dalam hal ini saya harus bisa memastikan bahwa saya peragu dan melepaskan sejenak kesukaan saya terhadap si "Barangkali", kondisi memaksa saya untuk tidak berkata "barangkali saya memang peragu atau mungkin saya pesimis". Saya harus yakin bahwa saya peragu agar saya tidak bingung apalagi orang lain, ini bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Tergantung dari mana mengukurnya dan apa ukurannya.
Nanti pada 9 Juli 2014 setelah masa tenang (di piala dunia, bukan pilpres :P) ada dua kemungkinan, kalau bukan Brazil yang lolos ya Jerman, kalau bukan Argentina ya Belanda yang lolos ke final. Dan terpaksa juga saya harus mengingat kemungkinan (juga kemuakan) yang akan segera terungkap, kalau bukan Prabowo ya Jokowi yang lolos jadi presiden. Dan barangkali setelah itu hujat-hujatan kecurangan segera beredar di judul-judul berita, judul status, judul catatan dan (masih) barangkali setelahnya ditutup dengan acara saling (minta maaf) memaafkan di hari lebaran (barangkali) bisa jadi malah rusuh seperti selentingan kabar burung, dan kalau pun tidak begitu (masih) barangkali presiden akan bernasib sama seperti presiden sebelumnya dielu-elukan bak pahlawan kemudian "dielu-elukan" (dlm bahasa Betawi) sambil ditoyor-toyor kepalanya.
Barangkali kesinisan saya terhadap pilpres 2014 akibat lelahnya pikiran yang dijejali status dan berita miring seputar pilpres tersebut, bisa jadi memang bawaan lahir dan akan tetap sinis sampai mati karena tidak bisa melihat sisi positif dari sebuah kasus. Tapi timnas Belanda mampu membuat saya tetap mendukungnya tanpa ragu untuk menjadi juara dunia kali ini meski semalam membuat ketar-ketir, karena nasib memang hanya berupa "barangkali" yang ada di ujung setelah kerja keras, kerja cerdas, bukan kerja malas dan kerja culas. Dan barangkali julukan spesialis runner up akan segera berakhir, atau malah lebih buruk dari itu. Barangkali.
--------------------------------
*susulannya yang masih telat juga.
Ternyata setelah hari pencoblosan, jagoan saya, Belanda memang kalah dan tampil lebih buruk dari laga-laga sebelumnya, dan pilpres kisruh saling klaim kemenangan. Sampai catatan ngawur ini diposting masih ada satu kemungkinan lagi yang harus ditunggu, saling memafkan antar pendukung capres yang sebelumnya saling hujat, saling maki, saling merasa benar sendiri. Nanti di hari lebaran
-----------------------------------
Duri Pulo, Jakarta.
--Djenar Abunetti--
djenarabunetti@yahoo.com
Sent from Nokia Windows Phone
Entah mengapa saya suka dengan kata "barangkali", sebab sepertinya dalam "barangkali" tersimpan misteri, sesuatu yang tidak pasti, bisa jadi, kemungkinan juga keragu-raguan, pesimis, skeptis, menyiratkan harapan yang timbul tenggelam. Bisa jadi saya merasa cocok dengannya (si Barangkali) karena saya orang yang penuh keragu-raguan, nah dalam hal ini saya harus bisa memastikan bahwa saya peragu dan melepaskan sejenak kesukaan saya terhadap si "Barangkali", kondisi memaksa saya untuk tidak berkata "barangkali saya memang peragu atau mungkin saya pesimis". Saya harus yakin bahwa saya peragu agar saya tidak bingung apalagi orang lain, ini bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Tergantung dari mana mengukurnya dan apa ukurannya.
Nanti pada 9 Juli 2014 setelah masa tenang (di piala dunia, bukan pilpres :P) ada dua kemungkinan, kalau bukan Brazil yang lolos ya Jerman, kalau bukan Argentina ya Belanda yang lolos ke final. Dan terpaksa juga saya harus mengingat kemungkinan (juga kemuakan) yang akan segera terungkap, kalau bukan Prabowo ya Jokowi yang lolos jadi presiden. Dan barangkali setelah itu hujat-hujatan kecurangan segera beredar di judul-judul berita, judul status, judul catatan dan (masih) barangkali setelahnya ditutup dengan acara saling (minta maaf) memaafkan di hari lebaran (barangkali) bisa jadi malah rusuh seperti selentingan kabar burung, dan kalau pun tidak begitu (masih) barangkali presiden akan bernasib sama seperti presiden sebelumnya dielu-elukan bak pahlawan kemudian "dielu-elukan" (dlm bahasa Betawi) sambil ditoyor-toyor kepalanya.
Barangkali kesinisan saya terhadap pilpres 2014 akibat lelahnya pikiran yang dijejali status dan berita miring seputar pilpres tersebut, bisa jadi memang bawaan lahir dan akan tetap sinis sampai mati karena tidak bisa melihat sisi positif dari sebuah kasus. Tapi timnas Belanda mampu membuat saya tetap mendukungnya tanpa ragu untuk menjadi juara dunia kali ini meski semalam membuat ketar-ketir, karena nasib memang hanya berupa "barangkali" yang ada di ujung setelah kerja keras, kerja cerdas, bukan kerja malas dan kerja culas. Dan barangkali julukan spesialis runner up akan segera berakhir, atau malah lebih buruk dari itu. Barangkali.
--------------------------------
*susulannya yang masih telat juga.
Ternyata setelah hari pencoblosan, jagoan saya, Belanda memang kalah dan tampil lebih buruk dari laga-laga sebelumnya, dan pilpres kisruh saling klaim kemenangan. Sampai catatan ngawur ini diposting masih ada satu kemungkinan lagi yang harus ditunggu, saling memafkan antar pendukung capres yang sebelumnya saling hujat, saling maki, saling merasa benar sendiri. Nanti di hari lebaran
-----------------------------------
Duri Pulo, Jakarta.
--Djenar Abunetti--
djenarabunetti@yahoo.com
Sent from Nokia Windows Phone

0 comments:
Posting Komentar