Sedang ingin melanjutkan menulis tentang sampah otak (tentunya sampah di otaku, bukan di otakmu) yang semalam berserakan dan kupungut kembali dari sebuah jejaring socmed (social media) bernama Facebook. Sampah otak perbincangan semalam membahas penulis kacangan dan yang bukan kacangan, namun sayang sekali sang penulis sepertinya alergi dengan berbagai pertanyaan tak cerdas dan memojokan yang kuajukan, dan aku sama sekali tak pernah peduli tentang tata krama bertanya, berbahasa dan soal kode etik sebab aku manusia liar dan tak mengenal ilmu tata bahasa yang baik, aku hanya ingin tahu seperti apa bukunya dan siapa penulisnya yang masuk kategori penulis kacangan menurut kacamaata si penulis yang memang lebih dekat dengan dunianya. (*takut di kira menjelekan penulis lain kali ya? Xixixi). Seingatku penulis tersebut mengatakan dua hal yang akan selalu kuingat. Pertama menurutnya, penulis kacangan menulis hanya untuk kepuasan dirinya dan mengabaikan mutu tulisan, yang kedua penulis juga harus bisa membaca selera pasar tak ubahnya seperti penjual kue apabila terasa enak maka kemungkinanya laku.
Dan aku hanyalah salah satu dari pasar yang menginginkan sesuatu yang bermutu, maka aku bertanya.
Talaga Bestari.
--Djenar Abunetti--
Sent using a Sony Ericsson mobile phone

0 comments:
Posting Komentar