Turut Berduka

Mengenang sahabatku..Amanah Pujiati yang punya jiwa sosial tinggi.
Empat puluh hari yang lalu gue di kejutin ama berita duka,temen gue meninggal.gue langsung meluncur ke rumah duka di jalan cipinang bali II..sesampainya di rumah duka gue langsung membantu mereka yang sudah datang lebih dulu menyiapkan upacara pemandian jenazah.sambil menunggu pak ustad dari yayasan gue menata bangku-bangku yang di kirim saudara,teman,perusahaan,pendeknya yang kenal dengan keluarganya.selesai upacara memandikan jenazah masuk waktu sholat dzuhur,sehabis sholat dzuhur upacara mensholati jenazah.setelah selesai langsung meluncur ke pemakaman untuk di makamkan.suasana duka semakin terasa ketika jenazah mulai di turunkan ke liang lahat.lalu adzan di kumandangkan,papan-papan di letakan menutupi jenazah.keluarga menabur bunga,di ikuti sanak saudara,kerabat dan handai taulan.tanah merahpun di turunkan.tangis dan doa menyertainya.mendung menghitam di atas jakarta……ah hidup memang sebentar,kita hanya menunggu panggilanNya.acara selesai,tapi duka belum selesai mengingat almarhumah meninggalkan orang tua dan beberapa adik.gue pulang,hari menjelang petang.
tujuh hari kemudian gue balik lagi menuju rumah duka bersama temen-temen yang lain umtuk tahlilan.tak terasa tahlilan selesai,berganti dengan acara “makan-makan”.gue hanya tersenyum setiap kali teman-temen gue menawari makanan& minuman.dalam pikiran gue,gue gak bisa menikmati hidangan sementara yang di tinggal almarhumah dalam duka.keadaan terbalik ini sudah berlangsung lama dan berlaku di banyak tempat gue hanya merasa heran…koq bisa makan makanan orang yang sedang kehilangan.tidak terpikirkah oleh kita sudah berapa yang dia keluarkan untuk biaya pemakaman dan segala tetek bengeknya…?.hanya saja apakah kita sudah mati rasa hingga kita tak merasa bersalah…? sudah makan,pulangpun di bawain besek segala.bayangkan saja jika ini terjadi di keluarga kita yang belum tentu punya uang….sungguh budaya yang jadi dilema di masyarakat kita.
----------------------------------------------
Jakarta, Radio Dalam

--Djenar Abunetti--