Berbagi Gelisah

Sayapun sebenarnya bosan kalau lagi-lagi harus berkeluh kesah, berlebay-lebay, beralay-alay, ber-ini ataupun ber-itu seperti tak ada hal lain yang lebih bermanfaat yang bisa dilakukan seperti mencuci piring, membetulkan stop kontak atau merebus air misalnya, namun saya juga manusia yang butuh sesuatu atau seseorang untuk berbagi, paling tidak untuk berbagi kopi, berbagi ubi rebus dan berbagi cerita yang sebenarnya tak lucu, tak inspiratif atau sama sekali tak menarik. Manusia memang tak akan mampu untuk hidup sendirian dan kebutuhan untuk berhubungan dengan banyak orang di jaman ini semakin mudah, dengan teknologi yang makin maju, internet khususnya yang memungkinkan seseorang dapat bergaul dengan siapa saja "tanpa sekat" kelas sosial. Saya hanya satu dari sekian banyak buruh bangunan dan saya tahu di dunia nyata buruh bangunan akan sulit berinteraksi langsung dengan orang-orang "kelas atas" dengan adanya jejaring sosial yang beberapa tahun ini menguasai sebagian besar informasi memangkas jarak yang tadinya terasa begitu jauh, begitu dalam seolah tak ada lagi, asal tak berlebihan dan tetap membawa norma alam nyata dunia mayapun tetap bisa untuk dinikmati, untuk belajar apa saja karena kita akan bertemu dengan berbagai karakter, berbagai pandangan dan berbagai disiplin ilmu.

*selesai
-------------------------------


Lanjut masih ada tiga ribu lima ratus karakter lagi yang sudah dijatah malam ini untuk berbagi kegelisahan, lanjut saja meski alinea satu dan dua tak pernah mau nyambung. Orang-orang harus tahu saya sedang mengalami kesulitan dalam menulis dan sedang dan akan terus belajar untuk menulis (entah apa gunanya) sepanjang mungkin untuk membunuh kebiasaan menulis pendek di status facebook yang cuma kata "bingung mau nulis apa" atau "pusing gajian masih lama" dan status-status yang dinilai sangat standar "sangat facebooker" dan bukan "standar blogger". (ngarang banget bikin ukuran sendiri, bisa digampar orang banyak nih). Mungkin saya sudah tersugesti oleh judul tulisan ini yang memang sangat di bawah standar manapun oleh karenanya tulisan sayapun benar-benar gelisah dan lebih terasa di alinea kedua meski sebenarnya saya sedang dilanda kebingungan (bingung dan gelisah beda gak seeeeh) dengan aplikasi Wifi Locator yang tadi sore sempat saya pakai untuk mencari di mana lokasi wifi terdekat dari posisi saya berada dan hasilnya mengejutkan untuk orang awam seperti saya karena selain lokasi wifi saya juga mendapat beberapa nomor handpone lengkap dengan nama pemiliknya masuk di daftar lokasi wifi dan rasa penasaran saya muncul untuk mencari tahu benarkah nomor tersebut aktif lalu sayapun mengirim SMS ke nomor tersebut ternyata aktif dan membalas SMS saya namun saya terlalu malas untuk bertanya terlalu banyak dan lebih memilih meminta maaf telah mengganggu namun sebelumnya saya menjelaskan bahwa saya mendapat nomor tersebut dari daftar lokasi wifi yang saya cari. Dan sampai saat ini saya masih bertanya-tanya mengapa saya mencari lokasi wifi justru yang muncul nomor handpone? Apa hubunganya? Apakah nomor tersebut sedang digunakan di lokasi-lokasi tersebut? Jika handphone tersebut sedang digunakan di lokasi wifi mengapa aktif ??

Apakah ini yang yang namanya "nyaris tanpa sekat" sehingga privasi nomor handphone juga bisa terdeteksi atau terlacak dan memungkinkan orang lain yang benar-benar tak mengenalnya bisa mengirim pesan dan tak bisa lagi dikatakan salah kirim atau salah sambung yang memungkinkan seperti di jejaring sosial "meng-add" dan seterusnya?
-----------------------------------------------------------
Majalengka


--Djenar Abunetti--
djenar.abunetti@gmail.com
Sent from my Nokia