Matahari bersinar terang menembus gelas kaca, wangi kopi dan kepulan uapnya menyatu dengan aroma tahi kambing satu-satunya milik ayah, kokok ayam dan cicit beburung di pohon mangga milik tetangga. sebuah pagelaran bernama pagi di belakang rumah yang dulu menjadi tempat bermain pedang-pedangan, belajar memanjat pohon, mengadu anak ayam, sesekali belajar mengerti orang lain, mempertahankan pendapat yang sering berujung perkelahian dan sebuah tangis. Masa itu sudah sedemikian jauh, lebih jauh dari kemampuan mataku memandang birunya langit pagi ini, pohon jati di pojok pekarangan milik ayah temanku yang dulu gagah menaungiku kala bermain dari sengatan matahari sudah tumbang digagahi gergaji mesin, layang-layang tak tersangkut di ketinggianya dan tak ada celoteh "itu layanganku, punyaku nyangkut di sebelah sini, andai kita bisa memanjatnya" lalu pohon kenangan demi kenangan ditumbangkan di gantikan sulur-sulur kabel listrik dan tiba-tiba puluhan bambu menjulang di tiap sisi rumah seolah ada perlombaan siapa yang paling tinggi mengangkat rangkaian batang-batang aluminium penangkap gelombang televisi dialah sang juara dan di situlah layang-layang adik-adik sepermainanku tersangkut tak ada lagi pohon jati, pohon pete dan pohon salam yang menjulang gagah dan menyejukan di siang hari namun seperti bayangan hantu mencakar awan, menyeramkan dengan suara burung hantu di malam hari di sela dongeng hantu pohon dan anak hilang dalam hangatnya dekapan ibu menjelang tidur di malam hari, selepas isya, selepas mengeja alif ba ta di temaram lampu teplok.
Sejak pohon-pohon itu digagahi gergaji orang kota ibuku mengeluh air sumur menjadi lebih cepat keruh hanya karena kemarau beberapa minggu "mungkin hantu pohon sedang marah bu karena kita tak menjaga rumahnya" dan selokan di pinggir jalan yang dulu mengalirkan mata air kini menjadi kering dan sebagian lainya mengalirkan air sabun, hitam seperti dosa-dosa orang desa yang tak menjaga rumah hantu. Dongeng tentang anak hilang tak mengalir lagi dari bibir ibu, kini ibu lebih sering mengomel "nonton tivi melulu, kamu gak tahu listrik itu mahal." Ibu aku ingin menanam pohon agar hantu-hantu itu kembali dan menjaga sumur ibu agar ibu mau lagi mendongeng tentang anak hilang dan hantu pohon yang belum selesai.
--------------------------------------
Galuh Timur
--Djenar Abunetti--
djenar.abunetti@gmail.com
Sent from my Nokia