Dead in the life

Malam...


Menunggu apa yang di tunggu? mencari apa yang di cari? ku tak tahu lagi,ku hanya ayunkan kaki menuju terbitnya matahari..Meski ku tak tahu apa itu matahari..Kata para pendaki matahari adalah sumber energi yang tak pernah berhenti meski di maki oleh para pejalan kaki.Kata para sufi,sebelum matahari menangis darah,sebelum bulan remukan bintang-bintang...aku harus terus berlari menuju kedalaman diri jauh di sana,di dalam kawah candradimuka..Kawan aku butuh penunjuk arah...Arah ke kedalaman diri di mana tempat segala kebijaksanaan ada di sana...

Pagi..


Kini aku tersesat di gelapnya rimba belantara,tempat segala macam dosa tercipta..Luka di kaki serta Ular-ular berbisa menghantui tubuh dan jiwaku yang mulai renta di gerogoti rayap usia...Perjalanan harus di lanjutkan meski rintihan kepedihan terus saja mengiringi seperti kidung-kidung di gereja mengiringi lembutnnya langkah-langkah pengantin menuju gerbang kehidupan berikutnya...


Siang...


Ganasnya siang bakar dan hanguskan semangatku untuk lanjutkan perjalanan dan aku tergoda rayuan-rayuan di depan hidungku,nikmati dosa-dosa basahi kerongkongan kesepianku..Meski hausku tak jua sirna,dajjal-dajjal terus saja menuangkan anggur keabadian semu,seakan semua itu perjamuan terakhir...Yang tak boleh di lewatkan..Lagi dan lagi..

Sore...

Matahari meneteskan air mata darah,bulan meremukan bintang-bintang...Aku terduduk di sini,menatap segalanya menjadi debu dan senyum dajjal yang mengembang penuh kemenangan...Perjalanan di lanjutkan hanya dengan bekal keragu-raguan yang menyesakan rongga dada..Rongga yang dulu penuh cinta,..


Malam...

Aku terlelap dalam peti mati..Senyum sesal di bibirku..Dan sebuah catatan di tangan kiriku berisi hanya dua baris kalimat ''mengapa aku tak bisa mencintai?'' ''mungkin karena hatiku telah mati''

Blok m,jalur 5..


___________________________
Message sent from a mobile device through Mobiquus.
http://www.mobiquus.com